Thursday, September 26, 2019

karies gigi

Karies Gigi

Karies Gigi

Karies Gigi

Definisi Karies Gigi

Karies berasal dari kata Yunani yang berarti “Lubang”. WHO mendefinisikan karies gigi sebagai “localized, post-eruptive, pathologic process of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to the formation of a caviti”. 

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tanda awal karies gigi berupa munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi. Ini menunjukkan area demineralisasi akibat asam. Demineralisasi jaringan keras gigi ini yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik pada gigi. 

Etiologi Karies Gigi



Komponen yang menyebabkan karies gigi: 


Komponen dari gigi dan saliva, meliputi: komposisi gigi, morfologi gigi, posisi gigi, PH saliva, kuantitas saliva, kekentalan saliva.


komponen mikroorganisme yang terdapat dalam mulut: Streptococcus sp, Lactobacillus sp, Staphylococcus sp.


komponen makanan, terutama yang mengandung karbohidrat, misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam.



  • Komponen waktu. Kemampuan saliva untuk memineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, sehingga bila saliva berada di dalam linkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.


Patofisiologi Karies Gigi


Terdapat teori mengenai terjadinya karies, yaitu teori asidogenik, teori proteolitik, teori proteolisis kelasi dan teori demineralisasi - remineralisasi.

a.    Teori Asidogenik

Miller (1882) menyatakan bahwa kerusakan gigi adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas dua tahap, yaitu dekalsifikasi email sehingga terjadi kerusakan total email dan dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan residunya yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat dapat mendekalsifikasi dentin, menurut teori ini, karbohidrat, mikroorganisme, asam, dan plak gigi berperan dalam proses pembentukan karies.

b.    Teori Proteolitik

Gottlieb (1944) mempostulasikan bahwa karies merupakan suatu proses proteolisis bahan organik dalam jaringan keras gigi dan produk bakteri. Mikroorganisme menginvasi jalan organik seperti lamela email dan sarung batang email, serta merusak bagian-bagian organik ini. Proteolisis juga disertai pembentukan asam.

c.    Teori Proteolisis Kelasi

Teori ini diformulasikan oleh Schatz (1955). Kelasi adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui ikatan kovalen koordinat yang menghasilkan suatu kelat. Teori ini menyatakan bahwa serangan bakteri pada email dimulai oleh mikroorganisme yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan protein serta komponen organik email lainnya, terutama keratin. Ini menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat membentuk kelat dan larut dengan komponen mineral gigi sehingga terjadi dekalsifikasi email pada PH netral atau basa.

d.  Teori Demineralisasi dan Remineralisasi


Menurut Steinberg et al. (1992), proses kimia yang terjadi pada permukaan email setelah gigi erupsi adalah peristiwa demineralisasi dan remineralisasi. Ion kalsium (Ca+²) merupakan faktor utama yang berperan dalam peristiwa tersebut. Pada keadaan normal (pH normal) garam kalsium ini berada dalam suatu keseimbangan dinamik antara email, air liur dan plak. Reaksi kimia dari siklus demineralisasi dan remineralisasi sebagai berikut.

Karies Gigi
Gambar 1. Skema reaksi kimia siklus demineralisasi dan remineralisasi.

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.

Karies Gigi
Gambar 2. Proses Demineralisasi pada Karies Gigi.

Klasifikasi Karies Gigi



Karies Gigi

Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang sering terjadi pada gigi, yaitu:
1. Kelas I 
    Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior.
2. Kelas II
  Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa terdapat pada permukaan halus dibawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.
3. Kelas III
   Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Karies bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari incisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk bulat dan kecil.
4. Kelas IV
   Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke incisal sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.
5. Kelas V
   Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan fasial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa mengenai sementum gigi.
6. Kelas VI
    Karies yang terjadi pada ujung-ujung cusp gigi posterior dan incisal edge.


B. Klasifikasi Karies Menurut G.J. Mount

 Menurut G.J. Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terjadi pada permukaaan gigi beserta ukuran kavitasnya, yang terdiri atas 3 site, yaitu:
1. Site 1 - Karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi anterior maupun posterior.
2. Site 2 - Karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun posterior.
3. Site 3 - Karies pada 1/3 mahkota dari akar (servikal) sejajar dengan gingiva.

    Pembagian 5 ukuran dari kemajuan proses terbentuknya lesi, yaitu:
1. Size 0 - Lesi paling awal yang diidentifikasikan sebagai tahap awal dari demineralisasi berupa white spot. 
2. Size 1 - Kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan dengan peningkatan remineralisasi struktur gigi.  
3. Size 2 - Kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang terbentuk berukuran sedang dan masih menyisakan struktur email yang didukung dengan baik oleh dentin dan cukup kuat untuk menyokong restorasi.
4. Size 3 - Kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa lemah dan cusp atau incisal edgenya telah rusak sehingga tidak dapat beroklusi dengan baik dan kurang  mampu menyokong restorasi.
5. Size 4 - Karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti kehilangan cusp lengkap atau incisal edge. Karies hampir atau sudah mengenai pulpa. 


C. Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalamannya

Karies berdasarkan kedalamannya
Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email
Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin
Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan menembus pulpa.

Karies Profunda dibagi atas 3 stadium:
Karies Profunda stadium I - Karies telah melewati setengah dentin,biasanya radang pulpa belum dijumpai. 
Karies Profunda stadium II - Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa.
Karies Profunda stadium III - Pulpa telah dibuka, dijumpai bermacam-macam radang pulpa. 
   
Menurut ICDAS, karies terbagi atas 6, yaitu:
1. D1 - Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi.
2. D2 - Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi.
3. D3 - Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
4. D4 - Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai
bagian dentino enamel Junction (DEJ).
5. D5 - Lesi telah mencapai dentin.
6. D6 - Lesi telah mencapai pulpa. 

D. Klasifikasi Karies Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi yang Mengalami Karies.
1. Karies sederhana
    Karies yang hanya terjadi pada satu permukaan saja.
2. Karies Compound 
    Karies yang terjadi pada dua permukaan.
3. Karies Kompleks
 Karies yang terjadi pada tiga permukaan atau lebih

Macam - Macam Karies

Karies Email
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel. Setelah karies terbentuk proses demineralisasi berlanjut, email mulai pecah. Sekali permukaan email rusak gigi tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri. Rencana perawatan karies:
  • Remineralisasi dengan pengulasan fluor.
  • Konsul diet dan factor risiko yang lain.
  • Aplikasi penutupan fisur.
  • Restorasi setelah ekkavasi lesi atau preparasi minimal.


Karies Dentin
Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa. Gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsang dingin, makanan masam, dan manis. Karies sudah mencapai kedalaman dentin, dimana karies ini dapat menyebar dan mengikis dentin. Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam, dan manis. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi). Biasanya penumpatan secara langsung masih bisa dilakukan dengan memberikan bahan pelapis sebelum diberikan bahan penumpat.

Dewasa ini telah banyak dikembangkan bahan tumpatan untuk memperbaiki gigi yang rusak. Salah satu bahan tumpatan tetap yang pada saat ini banyak digunakan oleh dokter gigi adalah semen glass ionomer. Bahan tumpatan yang memenuhi persyaratan estetika adalah yang sewarna atau hampir mendekati warna gigi, baik gigi anterior maupun posterior tanpa mengesampingkan faktor kekuatan, keawetan, dan biokompabilitas dari bahan tersebut (Nurdin, 2001). Rencana perawatan karies email:
Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.
Pertimbangan resistensi dan retensi.
Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.
Penyingkiran karies dentin.
Menghaluskan bagian dalam kavitas.
Menghaluskan tepi preparasi.

3.  Karies Pulpa
Karies pulpa adalah yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan. Pada tahap ini, apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan perawatan yang lebih kompleks. Jika karies dibiarkan dan tidak dirawat maka akan mencapai pulpa gigi. Disinilah dimana syaraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus. Rencana perawatan dengan restorasi dengan preparasi minimal dan perawatan endodontik.

Pulpitis
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman). Namun kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses karies, dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat lokal dan agresif. Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama maka hal ini merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel yang nantinya akan terus berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa.
       
Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:
  • Penurunan permebilitas dentin.
  • Pembentukan dentin reparatif.
  • Reaksi inflamasi secara respons immunologik.


Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa yang disebut pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh darah, syaraf dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma. Pulpitis secara klinis terdiri dari 2 macam kondisi berdasarkan tingkat pemulihan jaringan pulpa, yaitu reversibel dan ireversibel. Pulpitis reversibel merupakan pulpitis yang jaringan pulpanya masih dapat dipertahankan sedangkan pulpitis ireversibel merupakan pulpitis yang sudah tidak dapat pulih kembali.
    
a) Pulpitis Reversibel
Pasien dapat menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut berhasil dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu meletakkan bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri pada pulpa dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi amalgam.
    
b) Pulpitis Irreversibel
Definisi irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan. Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.

Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau drainase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang bocor.

Pulpitis ireversibel merupakan suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses lanjut dari karies yang bersifat kronis, oleh karena itu pada pemeriksaan histopatologi tampak adanya respon inflamasi kronis yang dominan. Selain itu terdapat daerah mikro abses dan daerah nekrotik serta mikroorganisme bersama-sama dengan limfosit, sel plasma, dan makrofage. pulpitis irefersibel umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dan sistem pertahanan jaringan pulpa sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak dapat sembuh kembali. Rasa nyeri pulpitis ireversibel dapat berupa nyeri spontan, nyeri berdenyut, menjalar, dan menyebabkan penerita tidak dapat tidur sehingga membuat kondisi menjadi lemah dan akan mengganggu aktifitas penderita.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:
  • Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.
  • Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
  • Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
  • Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.

    
Macam Pulpitis ireversibel berdasarkan lokasi nyeri terdiri dar 2 macam, yaitu pulpitis irreversibel terlokalisasi dan pulpitis ireversibel tidak terlokalisi. Pulpitis irreversibli terlokalisasi lebih mudah dan cepat didiagnosis.
  • Tanda dan gejala dari pulpitis ireversibel terlokalisasi antara lain:
  • Nyeri yang terus menerus hingga beberapa sampai berjam-jam.
  • Nyeri berdenyut atau nyeri yang hebat hingga menganggu aktifitas pasien.
  • Nyeri spontan berlangsung sepanjang hari atau ketika malam.
  • Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.


Perawatan Pulpitis Ireversibel
Dalam melakukan perawatan pulpitis ireversibel terlokalisasi agar perawataan yang dilakukan dapat akurat, ada dua faktor yang dapat mempengarui proses perawatan, antara lain:
  • Lokasi gigi yang pulpitis ireversibel (anterior atau posterior).
  • Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitif atau nyeri).


Terapi: pulpektomi
Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran akar diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi. Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat

0 comments:

Post a Comment